Memang, kalau dilihat dan diamati, lucu juga perilaku mengulang-ulang di usia batita ini. Tidak jarang kita dibuat tertawa olehnya tetapi sering pula kita menjadi kesal karenanya. "Kalau keseringan dan terus-menerus, bete juga menanggapinya apalagi meladeninya. Bayangkan saja, masa setiap si kecil mau tidur saya harus membacakan dongeng si kancil yang sama. Sudah 3 bulan, lho," cerita seorang ayah dengan nada gemas.Menanggapi kebiasaan di usia batita itu, Ceti Prameswari Psi., dari LPT UI ikut urun rembug memberikan pandangan dari sudut keahliannya sebagai psikolog. Menurutnya, orangtua harus paham bahwa di usia batita, anak sedang mengalami masa eksplorasi. "Ia tengah mendengar dan melihat hal-hal baru yang selama ini belum masuk ke perbendaharaan wawasannya. Sesuatu yang baru ini akan menjadi daya tarik baginya. Nah, mengulang-ulang sesuatu merupakan salah satu cara bagi anak usia batita dalam menunjukkan minat atau ketertarikannya pada hal tersebut," ungkap Ceti.

Masa ini menurutnya merupakan momen yang baik untuk memberikan pengalaman yang beragam kepada si batita. Sebab itulah Ceti menyarankan kepada kita semua untuk tidak membatasi minat anak pada sesuatu hal. "Pahami saja perilaku mengulang anak sebagai bagian dari cara dia mempelajari hal-hal baru."

Ceti mengerti, orangtua mungkin akan merasa bosan dengan apa yang diulang-ulang oleh anaknya itu, bahkan tak jarang orangtua yang merasa terganggu. "Tapi ingat apa yang kita simpulkan tersebut adalah buah pikir orang dewasa, bukan anak. Anak berpikir dan melihat dunianya dengan cara yang berbeda dari kita orang dewasa."

Dengan mengulang-ulang seperti itu, sejatinya anak belum cukup paham dan puas mencari apa yang ingin diketahuinya. Lama-lama, seperti halnya orang dewasa, dengan mengulang-ulang dia akan mampu memahami dan bisa memenuhi rasa ingin tahunya," Ceti menambahkan.

Tugas kita sebagai orang dewasa adalah mendampingi anak dan memberikan kesempatan bereksplorasi seluas-luasnya. Jangan halang-halangi anak untuk mengulang-ulang sesuatu yang disukainya. Orangtua justru harus memberikan waktu dan memenuhi keinginan anak jika ia ingin mengulang sesuatu. Sebab dengan begitu dia belajar sesuatu hal yang baru dan penting baginya.

Tak hanya pengetahuan, perilaku menglang juga membuat anak terampil. Contoh, karena sering minta diputarkan film favoritnya, anak jadi tahu tahapan memutar DVD di komputer atau DVD player. Saat yang kesekian kalinya, dia bisa saja sudah tidak perlu pertolongan orang dewasa karena mampu menyalakan dan memutar sendiri film yang ia mau.

Selain meniru apa yang dilihatnya, pengulangan juga membuat anak mampu meniru apa yang didengarnya. Hal ini sangat membantu perkembangan kemampuan berbahasanya.

Ada Batas
Namun, Ceti menambahkan keterangannya, anak yang terlalu fokus mengulang-ulang hal yang sama akan kurang baik hasilnya. Orangtua perlu memberikan pengalaman baru yang dapat membuka wawasan anak terhadap banyak hal. Jika si kecil sudah terlalu sering minta didongengi cerita Kancil, misalnya, pancinglah minatnya untuk menikmati cerita lain yang bermanfaat dalam membuka wawasannya. Lihatlah reaksinya dan tanyakan pendapatnya; apakah ia suka atau tidak, mengapa ia suka atau tidak suka, dan seterusnya.

Hal ini penting, karena menurut Ceti, orangtua perlu mengetahui bagaimana anak memaknai hal-hal baru yang dilihat/didengarnya. "Jika ada pemahaman anak yang keliru, kita bisa segera mengoreksinya. Misalnya, kalau anak minta diputarkan film Transformers setiap hari selama seminggu, kita perlu menggali sebetulnya apa sih yang menarik dari film tersebut. Apakah bentuk robot-robotnya, relasi robot-robot Transformers dengan manusia, atau yang lainnya?"

Agar dapat memberikan masukan yang tepat kepada anak, orangtua harus ikut menyelami apa yang sedang dieksplorasi anak. Bijaklah menghadapi perilaku mengulang-ulang si batita jika tujuannya untuk mencuri perhatian. Biarpun bikin kesal, anak merasa ulahnya berhasil membuatnya diperhatikan. "Bunda kan sibuk terus, aku minta diputarkan lagu kemarin saja, deh yang tidak disukai Bunda." Jika si Bunda terpancing dan akhirnya mengomel, berarti si batita berhasil mendapatkan perhatian meski dalam situasi yang tidak menyenangkan.

Ceti menganjurkan agar sabar dan tidak cepat kesal menghadapi si kecil yang senang mengulang-ulang apa pun seolah tak ada bosannya. Justru artinya, ia sedang belajar. Jadi saat mendampinginya, tidak ada cara yang paling tepat selain meladeni, memfasilitasi, dan memberikan pengalaman-pengalaman baru.




Other Article



visit the following website Senyawa kimia Berita Bola