Kisah Seru Es Krim Dulu
01.30
Diposting oleh Melany Christy
Kedai itu masih bertahan sampai sekarang. Letaknya kini di antara pasar loak buku di sepanjang Jalan Kramat Raya hingga Jalan Kwitang, di kawasan Jakarta Pusat, tak jauh dari kelokan ke arah Jalan Kwitang. Lagi pula ukuran kedai itu menyusut begitu banyak. Kini, di dalam kedai hanya ada tiga meja dengan sekitar 12 kursi. Bagian belakang bangunan itu dijadikan ”pabrik” es krimnya.
”Dulu tempat ini seperti restoran, pakai kursi rotan, meja, ada payung besar. Sekarang sudah enggak mungkin. Ukuran tempat ini sudah berkurang sampai sekitar 20 meter,” ujar Mulya Setiawan, penerus Mulya Santosa, si pemilik Ice Cream Baltic.
”Pernah ada ibu pelanggan yang udah tua cerita, tempat ini dulu jadi tempat pacarannya. Katanya, abis nonton film di Grand, biasanya ia makan es krim di sini,” kisah Setiawan.
Kini dengan melubernya produk es krim, baik lokal, maupun impor, es krim tua semacam Baltic makin tersingkir. Namun, bisnis es krim yang memiliki moto ”Ice Cream Tempo Doeloe” itu harus tetap berlangsung. Maka selain mempertahankan bahan dan rasa, Setiawan menjalankan kiat lain, menjemput pelanggan.
Bagi Anda yang bisa mampir ke kedai di bilangan Senen ini, lebih baik merasakan es krim ini di rumah aslinya. Lazimnya es krim masa lalu, rasa yang sampai di lidah adalah rasa segar yang tak bikin eneg.
Cita rasa buah asli di setiap produk es krim inilah yang terus bikin pelanggan yang kini sudah memiliki cucu tetap merindu. ”Kita tetap menggunakan resep dari zaman Belanda, dan bahan-bahan tetap kita pertahankan yang asli,” tambah Setiawan. Es krim ini dulu disajikan dalam mangkuk-mangkuk keramik dan dalam bentuk stik. Kini es krim dijual dengan stik atau cup plastik.
”Sejak dulu rasa cokelat, stroberi, dan stroberi berlapis cokelat masih jadi favorit. Tapi banyak juga yang suka alpukat atau alpukat lapis cokelat, juga kopyor,” kata Setiawan.
Yang pasti, tak seperti es krim modern, melahap es krim ini tak cukup hanya sebatang atau semangkuk kecil. Namun, tenang saja, soalnya harga es krim ini sangat terjangkau. Harganya berkisar antara Rp 2.400 (stik) dan Rp 3.100 (cup). Tempat ini buka setiap hari pukul 09.00-17.00.
Warung es krim lain yang sezaman dengan Baltic adalah Es Krim Italia Ragusa. Es krim yang kini dikelola Buntoro Kurniawan dan Sias Mawarni ini dirintis sejak 1932 oleh dua bersaudara asal Italia, Luigi Ragusa dan Vicenzo Ragusa. Penjualannya pun menggunakan gerobak dorong dan hanya setahun sekali saat pasar malam Pasar Gambir digelar. Di hari-hari biasa, pedagang keliling menjajakannya di sekitar Menteng. Hingga akhirnya pada 1947, kedai Ragusa di Jalan Veteran I itu lahir.
Seperti Baltic, es krim ini terasa lembut namun tidak cepat mencair di mulut. Dan yang paling penting tidak eneg karena bahannya tidak ditambahi zat kimia. Es krim unggulan di Ragusa adalah Tutti Frutti dan Cassata Siciliana seharga Rp 22.000 per mangkuk. Tutti Frutti adalah gabungan rasa vanila, cokelat, dan stroberi, sedangkan Cassata Siciliana adalah es krim bercampur cake dan nougat.
Selain dua jenis tadi, es krim lain yang disajikan dalam mangkuk-mangkuk aluminium mungil juga tersedia, seperti rum raisin, mocca, dan cokelat dengan harga bervariasi hingga sekitar Rp 14.000/scoop.
Jika belum puas, di Cikini juga ada es krim dari tahun 1951. Namanya Tjan Njan atau Tjanang. Meski kini warung aslinya sudah tak ada, es krim ini tetap eksis dijual melalui restoran di Jalan Cikini Raya dan mal, seperti Puri Indah dan Kelapa Gading.
Es krim Tjan Njan dijual dengan harga Rp 6.000 per cup kecil. Seperti es krim zaman dahulu lainnya, Tjan Njan rasanya lembut. Es krim unggulan Tjan Njan adalah es krim kopyor, alpukat, dan cokelat. Uniknya, es krim cokelat terasa renyah karena ada potongan-potongan cokelat chip. Demikian juga es krim kopyor yang dibubuhi potongan-potongan kopyor.
11 Maret 2010 pukul 02.22
penjual eskirim ya mbak. . ??
hahaha. .
"terima kasih"
11 Maret 2010 pukul 16.21
wah hebat mba tika yang satu ini bisa buat apa saja. pesen satu ya anterin jangan pakai saus pakai kecap manis saja....