Matinya "Emi" Si Cula Dua
04.34
Diposting oleh Melany Christy
- Sungguh malang nasib Emi. Seekor badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) betina yang telah 14 tahun tinggal dan berkembang biak di Kebun Binatang Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat itu mati pada 5 September 2009 di usia 21 tahun karena sakit. Kematian Emi juga menjadi duka bagi para ilmuwan dan orang-orang yang merawatnya selama ini.
Apalagi, Emi termasuk bagian dari kesuksesan program penangkaran badak secara ex-situ. Sebelumnya Emi adalah salah satu indukan yang baik dan telah melahirkan tiga keturunan di penangkaran. Masing-masing anaknya diberi nama Andalas, Suci, dan Harapan. Andalasa adalah badak jantan muda yang kini berada di Taman Nasional Way Kambas untuk mendukung program penangkaran badak Sumatera.
Kematian Emi adalah kasus kematian pertama badak Sumatera yang tinggal di penangkaran. Hal itu disampaikan Kepala Lembaga Penelitian Lindner Center for Conservation and Research of Endangered Wildlife (CREW) Cincinnati Zoo, Terri L. Roth saat jumpa pers Global Management and Propagation Board (GMPB) Meeting di Hotel Santika, Bogor, Jumat (15/1/2010).
"Kematian Emi karena mengalami gagal hati, di mana terdapat penumpukan zat besi pada jaringan tubuhnya," ujar Terri. Penyakit yang diderita Emi diketahui adalah hemokromatosis yang sering ditemukan pada beberapa hewan liar di penangkaran Cincinnati termasuk pada manusia, dan badak Afrika.
Matinya Emi, semakin mengurangi jumlah badak Sumatera yang saat ini diperkirakan hanya tinggal 200 ekor di dunia. Diperkirakan pula, 60 persen dari populasi badak Sumatera telah hilang selama 20 tahun terakhir.
Untuk badak Sumatera yang tinggal di penangkaran seperti Emi, jumlahnya baru sembilan ekor. Ditargetkan, dalam sepuluh tahun ke depan, jumlah badak Sumatera dapat bertambah tujuh ekor.
"Secara global, targetnya 17 badak Sumatera totalnya. Terhitung dari 2010 ini. Kita punya sekarang sepuluh, tapi hanya enam yang bisa berkembang biak. Diharapkan dari enam itu nambah tujuh lagi," ujar Direktur Yayasan Badak Indonesia (YABI), sekaligus kepala GMPB, Widodo Ramono.
Oleh karena itulah, saat ini GMPB terus melakukan upaya penyelamatan badak Sumatera melalui program Global Sumatran Rhino Propagation Program yang melibatkan seluruh negara dan institusi yang memiliki pusat penangkaran badak Sumatera, serta sponsor lainnya.
26 Februari 2010 pukul 04.49
kasian ya badaknya...........