Di sebuah tempat ibadah di pusat perbelanjaan Margo City Depok, terlihat seorang gadis kecil sibuk memainkan sebuah alat serupa ponsel yang tergenggam di tangannya, Minggu (31/1/2010).

"Ini diaz kak, nintendo," ujar Aya (9), gadis kecil itu. Aya yang masih duduk di kelas tiga SD mengaku telah mengenal alat permainan nintendonya itu sejak dia masih di Taman Kanak-Kanak. "Ini dibeliin mama, aku minta," kata Aya tanpa malu-malu.

Bermain games memberikan kesenangan tersendiri untuk Aya. Dikatakan Aya, sebelum memiliki nintendo, ia hanya bermain games yang tersedia di komputer rumahnya. "Seru aja main games, habisnya aku kan nggak feminin banget," kata Aya yang menggemaskan itu. Ketika ditanya siapa yang memperkenalkannya dengan games-games di komputer itu, Aya menjawab, "Ayah, habis ayah suka oprek-oprek (komputer)," imbuhnya.

Serupa dengan Aya, Ferdi (16) yang ditemui di Margo City, di hari yang sama, juga mengaku akrab dengan perangkat teknologi canggih sejak SD. Setelah SMP, diakui Ferdi, dia menjadi senang mengoleksi perangkat teknologi terbaru. "Saya coba ikutin, nabung untuk beli gadget baru," ujarnya.

Bedanya dengan Aya, Ferdi mengenal teknologi canggih seperti ponsel canggih, perangkat games, komputer, dan perangkat lainnya, dari media majalah teknologi. "Saya tertarik beli majalah tekno, karena suka yang berbau teknologi," imbuhnya.

Rasa tanggung jawab

Anak yang senang bermain games, dan memiliki perangkat games mobile seperti nintendo milik Aya, saat ini mudah ditemui. Apalagi remaja yang mengoleksi perangkat berteknologi canggih seperti Ferdi. Serbuan teknologi ternyata tak pandang usia. Anak-anak pun sering menjadi sasaran perangkat-perangkat canggih tersebut. Terkadang, orangtualah yang memperkenalkan teknologi kepada sang anak seperti dalam cerita Aya.

Namun tak menutup kemungkinan, anak mengenal teknologi melalui media massa yang semakin banyak menyampaikan informasi teknologi terkini. Lantas, baikkah ini? Apakah bijak membekali anak-anak dengan gadget yang tergolong mahal itu?

Psikolog anak dari FKUI, Efriyani Djuwita, MSi, mengungkapkan bahwa sebenarnya anak-anak usia sekolah sudah bisa diberi tanggung jawab. Sehingga membekali mereka dengan perangkat teknologi seperti komputer, ponsel, dan perangkat pemutar game seperti nintendo atau playstation tidak akan memberikan resiko yang tinggi.

''Umumnya anak yang sudah duduk di bangku sekolah SD minimal kelas 3, sudah bisa diberikan perangkat atau gadget. Sebab mereka telah memiliki rasa tanggung jawab, dan juga bisa membedakan salah atau benar,'' tuturnya.

Meskipun demikian, Efriyani menyarankan agar pemberian barang-barang tersebut sudah disepakati bersama sang anak. Artinya, anak sudah sepakat kapan waktu untuk bermain, kapan beraktivitas bersama teman-teman dan keluarga, serta kapan harus belajar. ''Jangan sampai mereka sibuk dengan dunianya sendiri, lalu melupakan komunikasi dan sosialisasi. Jadi berikan perjanjian waktu saat memberikan gadget,'' imbuhnya.

Selain itu yang perlu dipertimbangkan adalah kesiapan mental anak. Sebab gadget termasuk mahal. Orangtua pasti mengkhawatirkan anak-anak akan menjadi teledor menyimpannya, atau ia terlalu asyik menekuni perangkatnya sehingga tidak memperhatikan lingkungan sekitar (ancaman penculikan, copet, atau kecelakaan). Jadi, orang tua harus terus mengawasi.

Yang tak boleh dilupakan adalah, usia juga tidak bisa menjamin anak-anak memiliki tanggung jawab yang sama. Sebab di usia yang sama, ada anak-anak yang sudah matang secara psikis, dan ada yang belum. ''Jangan samakan rasa tanggung jawab anak-anak usia 9 tahun, karena antara yang satu dan yang lain tidak sama. Itu sesuai dengan didikan orangtua dan faktor lingkungan,'' tutupnya.



Other Article



visit the following website Senyawa kimia Berita Bola