Soto Betawi Berkuah Merah dari Haji Ridwan
21.58
Diposting oleh Melany Christy
SOTO betawi tidak aneh bagi banyak orang yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Mencari warungnya pun tidak sulit karena bertebaran di mana-mana. Tapi setiap warung memiliki rasa dan keunikan sendiri-sendiri.
Rumah Makan Soto Betawi Sambung Nikmat milik H Ridwan (70) yang ada di kawasan Pondok Pinang, Jakarta Selatan misalnya. Keistimewaan sotonya antara lain kuahnya berwarna merah dan isinya yang terdiri dari daging sapi dan jeroan tidak terasa amis. Daging dan jeroan digoreng terlebih dahulu sebelum dicampur dengan kuahnya.
Daging dan jeroannya berasa sekali bumbunya karena melalui proses pemasakan yang panjang. Setelah mengalami proses pencucian, daging diungkep dengan bumbu kunyit, kecap dan garam, dalam jangka waktu yang panjang. Setelah itu barulah digoreng hingga kekuningan. Saat dikunyah, daging dan jeroan itu begitu empuk dan rasanya manis-gurih.
Menurut Ridwan, untuk merebusnya diperlukan waktu hingga tiga jam. Dia dan karyawannya biasa mulai masak dini hari, sekitar pukul 02.00. “Untuk menghilangkan bau yang tidak enak, kami mencucinya berkali-kali dan semua itu memakan waktu 3 jam. Sebelum direndam bumbu harus ditiriskan sampai benar-benar kering dari air,” tuturnya.
Daging sapi yang dipakai adalah daging kualitas nomor dua, yaitu bagian iga dan sengkel. Alasannya, lebih murah dibandingkan bagian has. Apalagi daging has cocoknya untuk sate.
Setiap hari, rumah makan ini membutuhkan hingga 90 kilogram daging sapi dan 60 kilogram jeroan. Untuk mendapatkan daging berkualitas baik, Ridwan masih turun langsung untuk memilih, meskipun sudah punya supplier tetap.
Bumbu untuk soto betawi, seperti kemiri, lada, bawang putih, dan cabai merah, sudah disiapkan dengan cara menggilingnya. Jadi karyawan tinggal mengolah sesuai dengan takarannya. Kuah santan yang begitu kental sangat menggoda.
Bukan Mangkuk
Hal yang unik lagi adalah soto ini disajikan di piring, bukan di mangkuk seperti lazimnya soto. Alasannya sih sederhana. “Wah kalau pakai mangkok, ribet lagi dong. Nanti butuh piring buat alasnya. Dan lagi kalau piring menampung isi dan kuahnya lebih banyak,” ujar Ridwan dengan logat Betawi yang kental.
Memang kuah dan isinya begitu melimpah dalam setiap porsinya. Bagi pengunjung yang tidak bisa makan dengan porsi banyak, bisa berbagi. Dengan porsi jumbo seperti itu, pantas saja bila rumah makan ini mematok harga sotonya Rp 40.000 per porsi.
“Ibarat kata, kalau kita kasih dikit dagingnya nanti jadi omongan orang. Kok dikit banget sih Pak Haji kasih dagingnya. Nanti malah orang nggak mau balik lagi kemari. Makanya kita banyakin dah kuah sama isinya,” ujar ayah sembilan anak ini sambil tertawa.
Rumah makan ini buka pukul 09.00-14.00. Jadi kalau Anda memang berniat makan siang di sini, pastikan tepat waktu. Kalau tidak, bisa-bisa kehabisan. Pasalnya, tidak jarang orang yang datang memesan sampai puluhan bungkus. Tentu saja cepat habis.
Mereka Bumbu
Sebelum menekuni usaha makanan, Ridwan sempat menggelandang dan bekerja serabutan. Sampai akhirnya dia bertemu dengan satu keluarga China yang akhirnya mengangkatnya sebagai anak.
Anak Betawi kelahiran Lebak Bulus ini mengaku sudah lama ditinggal orangtuanya meninggal dunia. Sementara Ridwan diangkat anak oleh keluarga China, adiknya diadopsi oleh keluarga dari Belanda.
Berkat ikut keluarga China, Ridwan kemudian memantapkan tekad memulai usahanya pada tahun 1972. Tapi dia tidak langsung berjualan soto, melainkan nasi uduk dan gorengan. “Dari situlah saya berkeinginan untuk membuka usaha sendiri. Padahal saya tidak punya kepandaian memasak. Semua bumbu soto saya reka sendiri setelah saya mencicipi sop gorengan di kampung saya,” tuturnya.
Dengan mencoba-coba racikan bumbu, akhirnya dia bisa membuat kuah soto yang begitu kental dan enak. Ridwan membuka usaha warung soto pada tahun 1980.
Meski warungnya kini sudah cukup terkenal Ridwan tidak ada niat untuk membuka cabang. Alasannya, buka di satu tempat saja sudah kerepotan. Selain itu, usaha ini untungnya tidak bisa banyak.
Dia mencontohkan, bila beli daging mentah 80 kilogram, ketika sudah matang hanya tinggal separuhnya saja. Selain itu anak-anaknya belum ada yang mau memegang warung soto. “Wah anak-anak tidak ada yang mau diajarin. Biarpun beberapa ada yang membantu tapi belum bisa saya lepas begitu saja. Mungkin nanti kalau kondisi terpaksa, mereka mau meneruskan usaha saya ini,” katanya.
Soto Betawi Sambung Nikmat
Jalan Ciputat Raya No 2, Pondokpinang, Jakarta Selatan
Telp: 7659053. Buka: 09.00 - 14.00
Daging sapi yang dipakai adalah daging kualitas nomor dua, yaitu bagian iga dan sengkel. Alasannya, lebih murah dibandingkan bagian has. Apalagi daging has cocoknya untuk sate.
Setiap hari, rumah makan ini membutuhkan hingga 90 kilogram daging sapi dan 60 kilogram jeroan. Untuk mendapatkan daging berkualitas baik, Ridwan masih turun langsung untuk memilih, meskipun sudah punya supplier tetap.
Bumbu untuk soto betawi, seperti kemiri, lada, bawang putih, dan cabai merah, sudah disiapkan dengan cara menggilingnya. Jadi karyawan tinggal mengolah sesuai dengan takarannya. Kuah santan yang begitu kental sangat menggoda.
Bukan Mangkuk
Hal yang unik lagi adalah soto ini disajikan di piring, bukan di mangkuk seperti lazimnya soto. Alasannya sih sederhana. “Wah kalau pakai mangkok, ribet lagi dong. Nanti butuh piring buat alasnya. Dan lagi kalau piring menampung isi dan kuahnya lebih banyak,” ujar Ridwan dengan logat Betawi yang kental.
Memang kuah dan isinya begitu melimpah dalam setiap porsinya. Bagi pengunjung yang tidak bisa makan dengan porsi banyak, bisa berbagi. Dengan porsi jumbo seperti itu, pantas saja bila rumah makan ini mematok harga sotonya Rp 40.000 per porsi.
“Ibarat kata, kalau kita kasih dikit dagingnya nanti jadi omongan orang. Kok dikit banget sih Pak Haji kasih dagingnya. Nanti malah orang nggak mau balik lagi kemari. Makanya kita banyakin dah kuah sama isinya,” ujar ayah sembilan anak ini sambil tertawa.
Rumah makan ini buka pukul 09.00-14.00. Jadi kalau Anda memang berniat makan siang di sini, pastikan tepat waktu. Kalau tidak, bisa-bisa kehabisan. Pasalnya, tidak jarang orang yang datang memesan sampai puluhan bungkus. Tentu saja cepat habis.
Mereka Bumbu
Sebelum menekuni usaha makanan, Ridwan sempat menggelandang dan bekerja serabutan. Sampai akhirnya dia bertemu dengan satu keluarga China yang akhirnya mengangkatnya sebagai anak.
Anak Betawi kelahiran Lebak Bulus ini mengaku sudah lama ditinggal orangtuanya meninggal dunia. Sementara Ridwan diangkat anak oleh keluarga China, adiknya diadopsi oleh keluarga dari Belanda.
Berkat ikut keluarga China, Ridwan kemudian memantapkan tekad memulai usahanya pada tahun 1972. Tapi dia tidak langsung berjualan soto, melainkan nasi uduk dan gorengan. “Dari situlah saya berkeinginan untuk membuka usaha sendiri. Padahal saya tidak punya kepandaian memasak. Semua bumbu soto saya reka sendiri setelah saya mencicipi sop gorengan di kampung saya,” tuturnya.
Dengan mencoba-coba racikan bumbu, akhirnya dia bisa membuat kuah soto yang begitu kental dan enak. Ridwan membuka usaha warung soto pada tahun 1980.
Meski warungnya kini sudah cukup terkenal Ridwan tidak ada niat untuk membuka cabang. Alasannya, buka di satu tempat saja sudah kerepotan. Selain itu, usaha ini untungnya tidak bisa banyak.
Dia mencontohkan, bila beli daging mentah 80 kilogram, ketika sudah matang hanya tinggal separuhnya saja. Selain itu anak-anaknya belum ada yang mau memegang warung soto. “Wah anak-anak tidak ada yang mau diajarin. Biarpun beberapa ada yang membantu tapi belum bisa saya lepas begitu saja. Mungkin nanti kalau kondisi terpaksa, mereka mau meneruskan usaha saya ini,” katanya.
Soto Betawi Sambung Nikmat
Jalan Ciputat Raya No 2, Pondokpinang, Jakarta Selatan
Telp: 7659053. Buka: 09.00 - 14.00
This entry was posted on October 4, 2009 at 12:14 pm, and is filed under
makanan
. Follow any responses to this post through RSS. You can leave a response, or trackback from your own site.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar